KARYA TULIS ILMIAH (KTI) BAGI TENAGA FUNGSIONAL PAMONG BELAJAR
KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
BAGI TENAGA FUNGSIONAL
PAMONG BELAJAR
Oleh: Tri Fatchur Rohman
(Pamong Belajar BP-PAUDNI Regional VI Papua)
A.
Perlunya Jabatan Fungsional Pamong Belajar Perlu Menulis
KTI
Beban tugas seorang tenaga fungsional Pamong Belajar baik
ditingkat UPT Pusat maupun UPT Daerah telah diatur dalahm Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi. Yaitu
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 15 tahun 2010. tentang jabatan
fungsional pamong belajar dan angka kreditnya dinyatakan bahwa jabatan
Fungsional Pamong Belajar adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas,
tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan kegiatan belajar mengajar,
pengkajian program, dan pengembangan model Pendidikan Nonformal dan Informal
(PNFI) pada Unit Pelaksana Teknis (UPT)/Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan
satuan PNFI sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh
Pegawai Negeri Sipil. .
Dari tugas tersebut, maka tidak bisa ditawar lagi bahwa
tenaga fungsional Pamong Belajar wajib
melaksanakan pengembangan profesi, salah satu diantaranya adalah menyusun Karya
Tulis Ilmiah atau KTI. Itulah sebabnya, seorang tenaga fungsional, dalam hal
ini Pamong Belajar yang akan naik pangkat kejenjang berikutnya wajib memperoleh
angka kredit dari unsur pengembangan
profesi sesuai yang ditentukan.
B.
Apakah
Karya Tulis Ilmiah itu?
1.
Pengertian
Tulisan yang mengungkapkan buah pikiran yang diperoleh dari hasil
pengamatan, penelitian, atau peninjauan terhadap sesuatu yg disusun menurut
metode dan sistematika tertentu dan isi kebenarannya dapat
dipertanggungjawabkan.
Penulisan KTI yang paling popular dalam dunia pendidikan
antara lain KTI hasil penelitian. KTI ini dapat dinyatakan sebagai suatu laporan tertulis yang mendeskripsikan hasil
penelitian. Format suatu karya tulis ilmiah telah ditentukan oleh tradisi
pengembangan, praktek editorial, etika ilmiah, dan pengaruh gabungan antara
layanan percetakan dan penerbitan.
Khusus Karya
ilmiah penelitian,
harus terdapat komposisi yang berurutan dimulai dari
judul, abstrak, pendahuluan, metode dan teori, hasil penelitian dan pembahasan,
kesimpulan dan daftar pustaka. Sejauh ini tidak terdapat perubahan konstruksi
dalam penulisan karya ilmiah. Oleh karena kerangkanya yang tetap, maka isi
karya ilmiah dapat dipelajari secara mudah. Hal tersebut juga memastikan bahwa
seorang pembaca untuk mengatahui apa yang diharapkan dan dimana menemukan
informasi yang ia inginkan.
2.
Ciri-Ciri
Ciri utama suatu karya
tulis ilmiah adalah sifatnya yang jelas dalam segala aspek. Ditinjau dari segi
bahasa, jenis karya tulis ini tidak boleh mengandung ambiguitas, diksi yang
asing, atau ekspresi yang tidak serius. Karya ini memiliki deskripsi yang
faktual, metodologi yang berurutan, data yang pasti, logika berpikirnya yang
transparan, dan kesimpulannya disampaikan secara jelas.
Selain yang dikemukakan di atas, yang dapat dijadikan
sebagai rujukan tentang ciri KTI adalah:
Akurat dalam
artian
teliti; saksama; cermat; tepat benar.
Brief: Ringkas
dan tidak bertele-tele; Clear: Jelas dan tuntas.
Ethical : Ditulis
secara etis;
Logical: Ditulis
menggunakan cara berpikir analitis, deduktif atau induktif
Oleh karenanya, saat
menulis, Anda hendaknya mengarahkan isi tulisan untuk pembaca dan menghilangkan
ambiguitas serta menghindari pengalihan pokok bahasan. Tetaplah Anda berada
pada satu tema pembicaraan. Sebagai contoh, jika Kesimpulan Anda adalah tentang
‘suhu’, maka ‘suhu’ harus selalu hadir pada seluruh bagian tulisan. ‘Suhu’
harus hadir dalam Judul. Dalam bagian Pendahuluan, Anda harus mendeskripsikan
bagaimana penelitian terdahulu mengkaji masalah suhu. Pada bagian Metodologi
dan Teori, Anda harus merinci instrumen yang digunakan dan langkah-langkah yang
Anda lakukan untuk mengkaji ‘suhu’. Bagian Hasil harus berisi data tentang
‘suhu’, dan pada bagian Pembahasan harus menghubungkan data yang diperoleh
dengan teori tentang ‘suhu’.
Karya tulis ilmiah juga
harus dapat diakses oleh semua orang. Jurnal ilmiah merupakan mekanisme
tradisional yang selama telah berlaku untuk memeriksa, menyebarkan, dan
melestarikan karya tulis ilmiah. Oleh karenanya, Anda sebaiknya memasukkan
karya ke dalam jurnal komunitas. Dengan memasukkannya ke dalam jurnal, Anda
berarti memperbolehkan para pakar untuk memeriksanya. Jika telah diperiksa
dengan cermat dan Anda tidak mendapatkan perbaikan signifikan, maka berarti
karya dapat dimengerti dan digunakan oleh masyarakat ilmiah dan masyarakat umum
secara luas.
Berdasarkan uraian di
atas, maka dapat disarikan bahwa sesungguhnya karya ilmiah mempunyai ciri umum,
yakni (1) memiliki format baku; (2) menggunakan bahasa yang baku; (3) menuju arah
yang jelas; dan (4) memungkinkan untuk ditelaah dan digunakan oleh masyarakat
secara luas.
Karya ilmiah bersifat:
(1) lugas dan tidak emosional mempunyai satu arti, sehingga tidak ada tafsiran
sendiri-sendiri (interprestasi yang lain); (2) Logis disusun berdasarkan urutan
yang konsisten; (3) Efektif satu kebulatan pikiran, ada penekanan dan
pengembagan; (4) Efisien hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan
mudah dipahami; (5) ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku.
Secara umum, karya tulis
ilmiah ditujukan untuk mendeskripsikan suatu penelitian yang telah Anda
lakukan. Karya ini dibuat agar dapat mudah dipahami dan digunakan oleh
masyarakat umum. Tujuan karya ilmiah ialah agar gagasan Anda sebagai penulis
karya ilmiah dapat dipelajari, untuk kemudian didukung atau ditolak oleh
pembaca (pakar dan masyarakat umum).
Manfaat yang dapat Anda
peroleh dengan menulis karya ilmiah adalah:
1) Memudahkan hasil penelitian Anda untuk digunakan secara
luas.
2) Memberikan kesempatan kepada para pakar dan masyarakat
untuk memeriksa penelitian Anda agar semakin sempurna.
3) Melestarikan penelitian yang telah Anda lakukan.
4) Anda dapat terlatih mengembangkan keterampilan membaca
yang efektif karena sebelum menulis karya ilmiah, ia mesti membaca dahulu
kepustakaan yang ada relevansinya dengan topik yang hendak dibahas.
5) Anda dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari
berbagai sumber, mengambil sarinya, dan mengembangkannya ke tingkat pemikiran
yang lebih matang.
6)
Anda dapat berkenalan dengan kegiatan perpustakaan seperti
mencari bahan bacaan dalam katalog pengarang atau katalog judul buku.
7)
Anda dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasi
dan menyajikan data dan fakta secara jelas dan sistematis.
8)
Anda dapat memperoleh kepuasan intelektual.
9)
Anda turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan
masyarakat.
3.
Bentuk-Bentuk
KTI
Secara umum bentuk-bentuk KTI dapat berupa: 1) Laporan atau tulisan yang
berisi rekaman kegiatan tentang sesuatu yang sedang dikerjakan; 2) Makalah; 3)
Kertas kerja yang berisi prasaran, usulan atau pendapat; 4) Skripsi atau KTI
yang diajukan sebagai syarat tertentu; 5) Tesis; 6) Disertasi; 7) Resensi; 8)
Kritik; 9) Esai atau karya tulis yg relatif pendek; dan 10) Artikel ilmiah.
(1) Makalah
adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya
berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. makalah menyajikan
masalah dengan melalui proses berpikir deduktif atau induktif;
(2) Kertas
kerja seperti halnya makalah, adalah juga karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu
berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Analisis dalam
kertas kerja lebih mendalam daripada analisis dalam makalah;
(3) Skripsi
adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan
pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta
empiris-objektif, baik bedasarkan penelitian langsung (obsevasi lapangan, atau
percobaan di laboratorium), juga diperlukan sumbangan material berupa temuan
baru dalam segi tata kerja, dalil-dalil, atau hukum tertentu tentang salah satu
aspek atau lebih di bidang spesialisasinya;
(4) Tesis adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih
mendalam dibandingkan dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang
diperoleh dari penelitian sendiri; dan
(5) Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan
suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang
sahih (valid) dengan analisis yang terinci). Disertasi ini berisi suatu temuan
penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal. Jika temuan orisinal ini dapat
dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan penguji, penulisnya berhak
menyandang gelar doktor (S3).
Untuk jabatan fungsional pamong belajar dan Pengembang Teknologi
Pembelajaran dapat dikemukakan seperti di bawah ini.
4.
KTI
Bagi Jabatan Fungsional Pamong Belajar
Dengan merujuk
pada Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 15
Tahun 2010, tentang Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya, maka
pengembangan profesi untuk jabatan fungsional pamong belajar adalah berikut:
1.
Pembuatan karya tulisl ilmiah di bidang PNFI;
2.
Pengembangan sarana pendidikan nonformal dan informal;
3.
Pengembangan karya teknologi tepat guna, seni, dan olahraga yang
bermanfaat di bidang PNF; dan
4. Penyusunan standar/ pedoman/ soal dan
sejenisnya.
Khusus KTI dibidang Pendidikan nonformal
dan informal
1)
Menyusun karya tulis/ ilmiah hasil penelitian, pengujian, survey dan atau
evaluasi dibidang PNFI yang dipublikasikan dalam bentuk buku atau majalah
ilmiah, Makalah Ilmiah.
2)
Menyusun karya tulis/ ilmiah berupa tinjauan atau ulasan hasil gagasan
sendiri dalam bidang PNFI yang dipublikasikan dalam bentuk buku dan Makalah
Ilmiah.
3)
Menulis karya ilmiah populer
dibidang pendidikan nonformal dan informal yang disebarluaskan dimedia
masa dalam bentuk naskah bebas
4)
Menyampaikan prasaran bidang PNFI berupa tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah dalam pertemuan ilmiah
5)
Melakukan penelitian tindakan/eksperimen/deskripstif di satuan pendidikan
nonformal dan informal dan tidak
diterbitkan dalam bentuk laporan penelitian.
6)
Membuat laporan keberhasilan pembelajaran/pelatihan/ bimbingan
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan disatuan pendidikan nonformal dan
informal.
7)
Membuat makalah berupa gagasan ilmiah tentang pembelajaran /
pelatihan / pembimbingan pada satuan pendidikan nonformal dan informal.
8)
Membuat karya tulis ilmiah bidang
PNFI hasil terjemahan yang
dinyatakan oleh Kepala Pusat/ Balai/Sanggar.
9)
Membuat makala prasaran bidang PNFI yang disajikan pada forum
ilmiah dalam Nasional 4; propinsi 3 dan kabupatren/kota 2
10)
Membuat tulisan ilmiah populer
tentang pembelajaran/ pelatihan/ pembimbingan bidang PNFI disatuan pendidikan PNFI dalam
bentuk Artikel Ilmiah
11)
Membuat artikel ilmiah tentang pembelajaran/ pelatihan/ pembimbingan
dibidang PNFI di satuan PNFI, berupa Artikel Ilmiah di Jurnal
12)
Menerjemahkan/ Menyadur Buku dan bahan lain dibidang PNFI dalam bentuk buku
A.
Bagaimana bentuk riil dari KTI tersebut ?
1.
Penulisan Buku
Buku ajar merupakan salah
satu sarana keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar. Buku ajar juga
merupakan satu kesatuan unit pembelajaran yang berisi informasi, pembahasan
serta evaluasi. Bahan ajar yang tersusun secara sistematis akan mempermudah
petatar/ peserta didik dalam mempelajari materi sehingga mendukung ketercapaian
tujuan pembelajaran. Maka dari itu, bahan ajar harus disusun secara sistematis,
menarik, aspek keterbacaannya tinggi, mudah dicerna, dan mematuhi aturan
penulisan yang berlaku.
2.
Ketentuan
Penulisan Buku
1) Persyaratan
yang berkaitan dengan isi
§ memuat
sekurang-kurangnya materi minimal yang yang harus dikuasai petatar/ peserta
didik
§ relevan dengan tujuan
dan sesuai dengan kemampuan yang akan dicapai
§ sesuai dengan ilmu
pengetahuan yang bersangkutan
§ sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
§ sesuai dengan jenjang
pendidikan yang menjadi sasaran
§ isi buku ajar mengacu pada kompetensi dalam kurikulum
2) Persyaratan
dengan cara penyajian
§ urutan uraian benar
§ tahap-tahap
penyajian, dari mudah ke sulit
§ menarik minat dan
perhatian petatar/ peserta didik
§ menantang dan
merangsang petatar/ peserta didik untuk mempelajari BA
§ mengacu pada aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor
§ hindari penyajian
materi yang berkesan rumit/ bertele-tele.
3) Persyaratan
bahasa
§ penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
§ kalimat yang sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan petatar/
peserta didik
§ menggunakan istilah,kosakata & simbol untuk mempermudah pemahaman
§ menggunakan
kata-kata yang baku
4) Persyaratan
ilustrasi
§ relevan dengan bahan
ajar
§ tidak mengganggu kesinambungan antar kalimat, antar bagian, dan antar
paragraf
§ merupakan bagian terpadu dari bahan ajar
§ jelas, baik, dan merupakan hal esensial yang membantu memperjelas materi.
3.
Bagian-bagian
buku Ajar
Bagian awal, berisi
a. halaman cover, judul, pengarang, kode, dan gambar sampul
b. halaman judul yang memuat judul bahan ajar, nama penulis,
nama Departemen, dan tahun terbit
c. daftar isi yang memuat judul bab, subbab, dan nomor
halaman
d. daftar lain seperti: daftar gambar, daftar tabel, dan
daftar lampiran
Bagian
isi, berisi:
Pokok-pokok bahasan yang menjadi inti naskah yang memuat
uraian penjelasan, proses operasional atau langkah kerja dari setiap bab dan
subbab. Dengan demikian paragraf merupakan unit terkecil suatu pokok bahasan.
Paragraf tersebut harus saling mendukung dan merupakan suatu kesatuan yang
koheren. Apabila diperlukan, penjelasan dan uraian dilengkapi dengan tabel,
bagan, gambar, dan ilustrasi lain.
Bagian akhir, berisi
Lampiran,
bila lampiran ebih dari satu lembar harus diberi nomor urut Arab. Glosarium
(jika ada), kata/ istilah/ frase yang berhubungan dengan uraian bahan ajar
sehingga memudahkan pemahaman bagi pembaca, dengan ketentuan:
1) Entri
disusun menurut abjad dan tidak bernomor urut.
2) Entri
diawali dengan huruf kecil, kecuali berupa nama.
3) Entri tidak diakhiri dengan titik, kecuali entri tersebut
berupa kalimat.
Contoh: akor
paduan suara
aksen tekanan
Kepustakaan, ada
beberapa cara untuk menuliskan
kepustakaan, namun demi keseragaman dipilih salah satu dari sekian cara
tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. buku acuan yang digunakan hendaknya yang relevan dengan
bahan kajian yang ditulis, tidak ketinggalan perkembangan teknologi dan sesuai
dengan disiplin ilmu.
2. Kepustkaan disusun menurut abjad dengan urutan: Nama pengarang. Tahun penerbitan buku. Judul
buku (dicetak miring dan tebal). Kota penerbit: Penerbit. Contoh: Moeliono,
Anton M. 1987. Masalah Bahasa yang Dapat Anda Atasi Sendiri. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Indeks
Pencantuman
indeks dimaksudkan sebagai petunjuk untuk mengetahui dengan mudah suatu uraian
teori, atau fakta yang terdapat pada halaman tertentu.
4.
Penulisan Makalah
Makalah sebagai karya tulis ilmiah disusun dengan
mengikuti kriteria atau persyaratan yang berlaku universal. Ada kalanya panitia
atau pengguna makalah menambahkan
persyaratan tertentu, seperti jumlah halaman, tata tulis dan bahasa yang
digunakan dalam penulisan makalah. Makalah pada umumnya disampaikan kepada kelompok atau masyarakat
tertentu pada pertemuan ilmiah. Makalah tidak sama dengan artikel jurnal yang
ditulis berdasarkan hasil penelitian. Akan tetapi hampir sama dengan artikel
nonpenelitian. Perbedaan makalah dengan artikel nonpenelitian terletak pada
abstrak dan kata kunci. Makalah tidak harus memuat abstrak dan kata kunci.
Makalah hendaknya menggambarkan tema, topik,
judul dan rumusan masalah, yang dipaparkan pada bagian pendahuluan. Meskipun
yang tertulis hanya judul makalah akan tetapi secara tersirat mengambarkan tema
dan topik. Sementara di bagian berikutnya dideskripsikan gagasan yang
ditawarkan dan pembahasan terhadap gagasan tersebut. Tema, topik bahkan judul
adakalanya disampaikan oleh pihak
penyelenggara (semacam makalah pesanan). Penulisan makalah yang dibahas di sini
adalah makalah secara umum, di mana penentuan tema, topik dan judul dilakukan
sendiri oleh penulis.
Tujuan utama menulis makalah adalah untuk
mengkomunikasikan suatu gagasan, pemikiran atau hasil kajian teoritis kepada
orang lain. Sebelum membaca makalah, yang pertama ditanyakan adalah apa inti gagasan yang disampaikan penulis
dalam makalah tersebut. Gagasan dapat berupa cara pandang baru terhadap suatu
persoalan, misalnya “model”, yaitu cara melakukan sesuatu, model mengajarkan
anatomi tubuh manusia kepada peserta didik. Jika tidak ada gagasan (baru) yang hendak disampaikan,
sebaiknya tidak dipaksakan menulis makalah. Penulis makalah yang produktif
adalah mereka yang mempunyai gagasan kreatif. Sasaran yang dituju sebagai
pembaca atau pengguna gagasan tersebut adalah masyarakat yang relevan.
Jabatan
Fungsional pamong belajar yang mempunyai gagasan “baru” dan disampaikan kepada tenaga
pendidik maupun rekan sejawat kita,
diharapkan dapat diterapkan dalam praktik pendidikan di PNFI
atau di sekolah. Penerapan
gagasan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di PNFI
maupun di sekolah. Tenaga
pendidik, rekan sejawat adalah
pemakai atau pengguna gagasan tersebut. Misalnya, gagasan menilai hasil belajar
dengan menggunakan komputer atau penilaian hasil belajar secara online. Mungkin gagasan tersebut telah
lama berkembang di negara lain, kemudian diadaptasikan di sekolah di Indonesia
dengan mengembangkan “software” yang
dirancang untuk melakukan penilaian hasil belajar siswa secara langsung. Begitu
selesai mengisikan jawaban terhadap pertanyaan yang disajikan lewat monitor
komputer, peserta didik
tersebut dapat segera mengetahui berapa pertanyaan yang dijawab dengan benar
dan berapa yang salah serta berapa nilai yang diperoleh.
Gagasan melakukan penilaian hasil belajar secara online, mungkin mendapat
sambuatan baik dari guru-guru, apabila hal tersebut menjadi masalah dalam tugas
mereka. Misalnya karena guru sudah tidak punya waktu untuk mengoreksi ulangan
siswa, apalagi tes hasil belajar dibuat dalam bentuk esay, yang pemeriksaannya
membutuhkan banyak waktu. Kemudian perangkat komputer yang dibutuhkan untuk
menerapkan penilaian berbasis online tersebut tersedia di sekolah. Jika
tambahan keterampilan mengoperasikan komputer saja yang diperlukan oleh guru,
karena software sudah disertakan penulis makalah tersebut, besar kemungkinan
makalah tersebut menjadi sangat menarik bagi guru atau tutor di satuan pendidikan khususnya pendidikan
nonformal.
5.
Penulisan Laporan Penelitian
Laporan penelitian
merupakan media komunikasi ipteks (ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni) yang
bisa dijadikan sebagai salah satu indikator perkembangan ipteks dari suatu
institusi ilmiah. Oleh karena itu laporan penelitian harus mencerminkan budaya
ilmiah yang menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran, obyektivitas, kekritisan,
keterbukaan dalam mengikuti perkembangan dan perubahan jaman. Laporan
penelitian bisa memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan dan
kemajuan suatu institusi ilmiah.
Laporan penelitian merupakan
salah satu dari karya tulis ilmiah yang tidak dipublikasikan artinya hanya
disimpan dan dimanfaatkan terbatas di dalam perpustakaan. Dalam penulisan
laporan penelitian perlu diperhatikan pedoman umum penulisan laporan
penelitian, sistematika dan tatacara, penggunaan bahasa, dll. Untuk hal-hal
yang berlaku secara khusus terkait dengan disiplin ilmu yang dikaji, diserahkan
sepenuhnya kepada otoritas unit pengguna laporan.
6.
Penulisan Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah adalah
suatu karya ilmiah yang ditulis untuk dimuat dalam jurnal/majalah ilmiah dengan
tata cara penulisan yang mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah yang telah
disepakati atau ditetapkan. Artikel ilmiah dapat diangkat dari hasil penelitian
lapangan/laboratorium, hasil pemikiran dan kajian pustaka, atau hasil
pengembangan proyek. Sumber bahan untuk menulis artikel ilmiah dapat berupa
laporan hasil penelitian, kumpulan makalah, buku dan diktat/bahan ajar, serta
laporan kegiatan pengembangan proyek.
Publikasi artikel ilmiah
dalam bentuk jurnal ilmiah dimaksudkan untuk mengkomunikasikan gagasan atau
temuan yang penting untuk diketahui oleh pembaca. Umumnya gagasan yang ditulis
dalam bentuk artikel adalah gagasan atau temuan baru yang memiliki orisinalitas
dan memiliki sumbangan tinggi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dari
penemunya. Jika gagasan yang ditulis sudah umum, biasanya penulis menuangkannya
dalam bentuk buku atau diktat.
Untuk keperluan
komunikasi gagasan atau temuan orisinal, setiap artikel ilmiah memuat dua hal
pokok, yaitu diskusi dan referensi. Diskusi maksudnya mempertemukan gagasan
penulis dengan gagasan penulis/pakar lain. Dalam paparan diskusi, diuraikan
posisi gagasan penulis dan gagasan penulis/pakar lain dengan cara menunjukkan
perbedaan dan persamaannya, serta kemajuan yang diperoleh penulis. Gagasan dan
temuan penulis lain dicatat dalam bentuk sistem perujukan (referensi).
Penulisan perujukan ini juga dimaksudkan untuk memenuhi standar etis dari
tulisan/karya tulis ilmiah dan menghindari adanya duplikasi atau plagiasi.
Bentuk artikel ilmiah
dibedakan dalam tiga segi, yaitu bahan, sistematika, dan teknik penulisan.
Bahan yang ditulis untuk artikel ilmiah adalah hal-hal yang sangat penting
saja, misalnya dalam artikel hasil penelitian, yang ditulis berisi pendahuluan,
metode, temuan, dan pembahasan. Sistematika penulisan artikel ilmiah ditulis
dengan mengikuti format esei dalam bentuk bagian dan subbagian, dan tidak
ditulis dalam bentuk bab dan subbab atau enumeratif. Teknik penulisan artikel
ilmiah mengikuti pola dan norma ”universal” yang menandai
suatu karya tulis ilmiah, dan mengikuti gaya ”selingkung” yang ditentukan oleh penerbit jurnal.
Norma ”universal” mengatur kaidah-kaidah penulisan ilmiah
yang diharapkan diikuti oleh para penulis sebagaimana sikap ilmiah oleh para
ilmuwan pada umumnya. Sementara, norma
”selingkung” suatu jurnal pada umumnya
dipertahankan konsistensinya sebagai penciri dan kriteria kualitas teknik dan
penampilan jurnal yang bersangkutan. Norma selingkung yang dianut suatu
jurnal mungkin berbeda antara satu
dengan yang lain, tetapi biasanya semua masih mengikuti pedoman yang berlaku
secara umum.
7.
Jenis-jenis Artikel Ilmiah
Dari segi sistematika
penulisan dan isinya, artikel ilmiah umumnya dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu (1) artikel hasil penelitian, dan (2) artikel konseptual (ada juga yang menyebut artikel
hasil pemikiran).
Artikel hasil penelitian
adalah artikel ilmiah yang ditulis dari hasil suatu kegiatan penelitian. Hasil
penelitian yang ditulis dalam bentuk artikel untuk kemudian diterbitkan dalam
jurnal ilmiah memiliki kelebihan dibandingkan dengan yang ditulis dalam bentuk
laporan teknis resmi. Laporan teknis resmi suatu penelitian umumnya berisi
hal-hal yang menyeluruh dan lengkap sehingga naskahnya cenderung tebal dan
direproduksi dalam jumlah yang sangat terbatas. Akibatnya hanya kalangan
terbatas saja yang dapat membacanya. Sebaliknya, hasil penelitian yang ditulis
dalam bentuk artikel biasanya dituntut untuk berisi hal-hal yang penting saja,
karena setiap kali penerbitan sebuah jurnal hanya bisa memuat beberapa artikel,
sehingga ruang yang tersedia untuk sebuah artikel sangat terbatas. Namun,
jurnal ilmiah yang diterbitkan akan dibaca oleh banyak orang, antara lain
akademisi, para profesional, dan mahasiswa. Bahkan jurnal yang terakreditasi
atau bertaraf internasional dan disebarluaskan melalui website internet, dapat
dibaca dan diakses oleh semua visitor di seluruh dunia. Singkatnya, hasil
penelitian yang ditulis dalam bentuk artikel jurnal akan memberikan dampak
akademik yang lebih cepat dan luas daripada laporan teknis resmi.
Penulisan artikel hasil penelitian dalam
suatu jurnal dapat dilakukan dengan tiga cara. Pertama, artikel hasil penelitian ditulis setelah penulisan laporan
teknis penelitian diselesaikan. Cara penulisan ini yang sementara dilakukan oleh sebagian besar penulis
artikel. Kedua, artikel hasil
penelitian ditulis setelah segala aktivitas penelitian diselesaikan, tetapi
penulisan laporan teknisnya belum terselesaikan (masih dalam proses). Ketiga, artikel hasil penelitian ditulis
setelah kegiatan penelitian diselesaikan—dan memang tidak akan dilakukan
penulisan laporan teknisnya. Jenis ini saat ini masih jarang dilakukan oleh
penulis artikel. Padahal dalam mengantisipasi proses percepatan diseminasi
temuan kepada masyarakat sasaran yang relevan menjadi sangat penting. Begitu
juga bila dikaitkan dengan upaya perlindungan hak cipta.
Beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan dalam penulisan artikel hasil penelitian antara lain (1) esensi
dari substansi isi yang lebih diprioritaskan (dalam hal ini pendahuluan,
metode, dan hasil penelitian), (2) tata tampilan artikel, baik yang terkait
dengan norma selingkung maupun norma universal yang ditetapkan oleh dewan
penyunting jurnal yang bersangkutan, (3) proporsi antarbagian artikel dan
halaman maksimal yang diperbolehkan, dan (4) rambu-rambu anatomi artikel yang
ditetapkan oleh dewan penyunting. Dalam penulisan artikel hasil penelitian,
ketiga hal di atas saling mengkait (butir 1-3 akan terintegrasi dalam butir 4).
Bentuk integrasi tersebut difasilitasi oleh tatatulis tertentu, yang
perwujudannya dalam bentuk artikel hasil penelitian yang dimuat dalam suatu
jurnal yaitu, judul, nama penulis,
abstrak dan kata kunci, bagian pendahuluan, metode, hasil, pembahasan, simpulan
dan saran, dan daftar rujukan.
Artikel nonpenelitian
atau konseptual adalah artikel ilmiah yang ditulis dari hasil pemikiran atas
suatu permasalahan. Dalam upaya untuk
menghasilkan artikel jenis ini, penulis terlebih dahulu mengkaji sumber-sumber
yang relevan dengan permasalahannya, baik yang sejalan maupun yang bertentangan
dengan apa yang dipikirkannya. Sumber-sumber yang dianjurkan untuk dirujuk
dalam rangka menghasilkan suatu pemikiran adalah juga artikel-artikel hasil
pemikiran yang relevan, hasil-hasil penelitian terdahulu, di samping
teori-teori yang dapat digali dari buku-buku teks.
Bagian paling vital dari
artikel konseptual adalah pendapat atau pendirian penulis tentang hal yang
dibahas. Pendirian penulis dikembangkan dari analisis terhadap pikiran-pikiran
orang lain mengenai masalah yang sama yang telah dipublikasikan sebelumnya, dan
pikiran baru penulis tentang hal yang dikaji, jika memang ada. Jadi, artikel
konseptual bukan sekedar kolase atau tempelan cuplikan dari sejumlah artikel,
apalagi pemindahan tulisan dari sejumlah sumber, tetapi lebih menekankan hasil
pemikiran analitis dan kritis penulisnya.
Mengacu
hal di atas, representasi terbitan suatu jurnal ilmiah dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu (1) hanya memuat artikel hasil penelitian, (2) memuat
artikel hasil penelitian dan artikel konseptual (ini sebagian besar), dan (3)
memuat artikel hasil penelitian dan artikel konseptual, ditambah dengan isi
lain, misalnya resensi buku dan obituari.
Contoh jurnal ilmiah yang hanya memuat artikel hasil penelitian adalah “Jurnal Penelitian Kependidikan” terbitan
Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang. Contoh jurnal ilmiah yang memuat
artikel hasil penelitian dan artikel
konseptual adalah ”Jurnal Ilmu
Pendidikan” terbitan LPTK dan ISPI.
Setiap artikel ilmiah, baik hasil penelitian maupun konseptual umumnya
terdiri atas tiga bagian, yaitu (1) bagian awal, (2) bagian inti, dan (3)
bagian akhir. Bagian awal artikel mencakup: (1) judul, (2) nama dan identitas
penulis, dan ( 3) abstrak dan kata kunci. Bagian inti artikel mencakup tiga
subbagian, yaitu (1) bagian pendahuluan, (2) bagian isi, dan (3) bagian
penutup. Bagian akhir artikel berupa daftar rujukan.
Pembeda utama antara artikel hasil penelitian dan artikel
konseptual terutama terletak pada
masing-masing bagian dari anatomi artikel ilmiah. Pertama, pada bagian awal artikel,
isi abstrak untuk artikel hasil penelitian lebih ditekankan pada
masalah, metode dan hasil, sedangkan pada artikel konseptual lebih ditekankan
pada hal-hal penting tentang gagasan yang dikembangkan dalam artikel. Kedua, pada bagian inti dari artikel
hasil penelitian terdapat subbagian metode, hasil dan pembahasan, sedangkan
pada artikel konseptual tidak ada subbagian ini tetapi subbagian yang ditulis
berdasarkan kajiannya. Ketiga, pada
bagian penutup, artikel hasil
penelitian berisi simpulan dan atau saran (bila dipandang sangat perlu),
sedangkan pada artikel konseptual berisi ringkasan analisis atau simpulan
berbentuk sintesis.
Selain yang disebut di atas, saat ini telah banyak lembaga
yang memfasilitasi penerbitan jurnal yang isinya berupa artikel dalam lingkup
pendidikan. Salah satu diantaranya adalah ”Lembaga
Pengembangan Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan-AMBARA (LP3TK-AMBARA)”.
Lembaga ini dapat menerbitkan buku maupun jurnal hasil karya pendidik dan
tenaga kependidikan. Jurnal yang telah banyak memuat artikel ilmiah pendidik
dan tenaga kependidikan adalah Photon dengan
ISSN 2302-5948, dan jurnal Relativitas dengan ISSN 2302-593X. Anda bisa
menulis artikel tersebut dan silahkan kirim permohon untuk penerbitannya kepada
pengelola lembaga LP3TK-AMBARA.
B. Apa saja Media Publikasi KTI?
Ketika kita berbicara tentang publikasi, maka
pertanyaan yang muncul adalah 1) apa saja media publikasi itu? 2) Bagaimana
Memasarkan Karya Tulis Ilmiah?
3) Bagaimana Teknis
Menembus Publikasi Ilmiah (Jurnal/Koran/Majalah)? 4) Bagaimana
Harga Mahal Karya Tulis Ilmiah? Dan ke 5) Bagaimana
Contoh Surat Pengantar dan Contoh Publikasi Karya Ilmiah?
Pertanyaan-
pertanyaan ini perlu kita jawab agar kita tidak sia-sia membuat karya tulis
ilmiah.
1.
Mendia
publikasi itu?
Banyak cara yang dapat dilakukan
dalam mempublikasikan tulisan. Yang terpenting, ide dengan wadah media harus relevan.
Sebagai penulis pemula, mestinya harus realistis, cobalah mulai mempublikasikan
pada media lokal. Disini bukan berarti kita pesimis untuk menembus media
nasional, bahkan international sekalipun.
Media artinya alat atau sarana
komunikasi seperti koran, majalah, jurnal, buku, radio,
televisi, film, poster, dan spanduk. Dalam hal alat yang digunakan sebagai
wadah untuk mempublikasikan karya tulis ilmiah, Media dikelompokkan menjadi dua, yaitu media cetak dan media
elektronik.
1)
Media
cetak
Contoh media cetak, yaitu koran,
majalah, dan tabloid.
Penemu pertama Media Cetak adalah
Johannes Gutenberg pada tahun 1455 terutama di Negara Eropa. Perkembangan awal
terlihat dari penggunaan daun atau tanah liat sebagai medium, bentuk media
sampai percetakan. Gutenberg mulai mencetak Bible melalui teknologi cetak yang
telahditemukannya. Teknologi mesin cetak Gutenberg mendorong juga peningkatan
produksi bukumenjadi hitungan yang tidak sedikit. Teknologi percetakan sendiri
menciptakan momentum yang justru menjadikan teknologi ini semakin mendorong
dirinya untuk berkembang lebih jauh.
Lanjutan dari perkembangan awal media
cetak adalah dimana perkembangan teknologi yang belum berkembang, yaitu media
cetak dibuat memakai mesin tik untuk membuat suatu iklan produksedangkan
gambar-gambar atau animasi yang memperbagus iklan produk itu dibuat secara
manualdengan menggunakan pena.
Tanda-tanda perkembangan media cetak
adalah melek huruf ( kemampuan untuk baca-tulis ). Memang melek huruf adalah
kondisi yang dipunyai oleh kaum elite. Bahasa yang berkembang pun hanya
beberapa bahasa pokok, bahasa latin – misalnya. Perkembangan pendidikan pada
abad 14 juga mendorong perkembangan orang yang melek huruf. Perkembangan media
cetak sekarang yaitu didukungnya perkembangan teknologi yang sudah berkembang,
sehingga dapat memudahkan orang untuk membuat suatu iklan yang lebih kreatif
dan atraktif.
Perkembangan sekarang media cetak
adalah didukung perkembangan teknologi yang semakin canggih. Sehingga membawa
perubahan pada bagian bentuk, format, struktur, tekstur dan model dari iklan
tersebut, akan tetapi perkembangan teknologi tidak mempengaruhi atau mengubah
isi dari suatu iklan yang muncul di media. Pembuatan media cetak sekarang
dengan teknologi yang canggih adalah dengan menggunakan komputer untuk
mendesain iklan suatu produk dengan menggunakan grafis dan dicetak dengan
printer.
Perkembangan teknologi media cetak
yang berkaitan dengan perkembangan media cetak itu sendiri seperti munculnya
Majalah, Koran, surat-surat kabar yang isinya tentang artikel yang bertemakan
politik, kesenian, kebudayaan, kesustraan, opini-opini public dan informasi
tentang kesehatan dapat mewarnai kehidupan masyarakat.
Misalnya dalam artikel yang bertemakan
politik, bahwa politik yang semakin menjamu dalam Negara. Kemudian
peristiwa-peristiwa penting yang mempengaruhi sejarah kehidupan masyarakat.
Surat kabar atau yang biasa disebut Koran adalah salah satu media cetak
jurnalisme dimana isinya memuat artikel-artikel tentang seputar
informasi-informasi atau berita tentang seputar kehidupan manusia, mulai dari
yang bertemakan pendidikan, politik, kesehatan, hukum, sosial, ekonomi sampai
periklanan.
Adapun majalah yang terbit zaman dulu,
dan masih tetap sama isinya dengan majalah sekarang, itu karena kepercayaan
masyarakat terhadap media cetak tersebut. Biasanya dari artikel artikel yang
termuat di media cetak tersebut, yang memuat kritikan yang dapat membuka mata
masyarakat sehingga terjadi revolusi. Selain kritikan, surat kabar juga memuat
tulisan-tulisan dan dokumen-dokumen penting yang merupakan kinerja pemerintah
yang dapat menjadi skandal dan korupsi pemerintah
Memasuki periode 1960an, media cetak
mengalami perubahan besar dalam proses produksi. Mesin ketik yang tadinya
dipergunakan secara luas untuk menghasilkan tulisan, mulai digantikan oleh
komputer. Hal ini tentu saja disertai berbagai macam pertimbangan dan salah
satunya lebih ekonomis dan efisien. Melalui komputer, media cetak tidak hanya
menghasilkan tulisan yang dapat diubah tanpa membuang-buang kertas namun juga
dapat mengubah suatu gambar atau foto. Hasil kerja yang berbentuk softcopy
tersebut, kemudian dicetak. Selain pengaruh dari penggunaan komputer, teknologi
fotokopi juga memberikan andil dimana kita dapat meng-copy suatu tulisan dengan
kecepatan tinggi dan tanpa minimum order sehingga kita dapat meng-copy sesuai
dengan kebutuhan.
Perkembangan lain dari teknologi ini
adalah inovasi atas custom publishing dimana penerbitan suatu tulisan atau buku
dengan tujuan yang khusus dan hasil produksi akhirnya bukan bertujuan untuk
dipasarkan secara luas namun berubah menjadi produksi untuk tujuan pesanan dari
konsumen. Ketika suatu buku dicetak, tentunya terdapat kode seri produksi buku.
Melalui scanner elektronik, kode tersebut dikenali dan data penjualan langsung
terkirim ke database pusat sehingga terlihat berapa besar angka penjualan buku
secara langsung.
2)
Media elektronik
Internet
telah memasuki kehidupan kita dengan sangat cepat dan menyentuh hampir semua
aspek kehidupan. Dampak dari internet bagi lembaga penerbitan adalah munculnya
E-publishing atau penerbitan elektronik. Contoh dari E-publishing dapat kita
lihat pada situs amazon.com. Situs ini menawarkan berbagai macam buku untuk
dijual dan selayaknya sebuah toko, amazon.com juga menampilkan buku dalam
format digital. Situs ini juga berfungsi seperti pustakawan pribadi dimana
dapat memberikan rekomendasi buku yang sesuai dengan kebutuhan kita.Munculnya
layanan semacam ini pada awalnya dipelopori oleh google.com yang bekerjasama
dengan berbagai macam perpustakaan besar untuk melakukan konversi yaitu dengan
melakukan scanning pada berbagai macam koleksi buku perpustakaan sehingga dapat
dibaca dalam format digital. Namun, teknologi ini bukannya tanpa cacat, hal ini
dikarenakan buku yang dibaca melalui layar membuat mata cepat lelah dan
menghabiskan listrik.Timbulnya buku elektronik tentunya menimbulkan
permasalahan dalam hal standardisasi penyajian. Salah satu solusinya
diperkenalkan oleh Adobe yaitu file dengan format PDF (portable document
format) sehingga memudahkan dalam men-download buku melalui internet.Penerbitan
elektronik tidak hanya mencakup buku saja, namun juga majalah dan surat kabar
elektronik. Kita dapat mengakses kompas.com dimana berita yang terdapat di
website merupakan versi digital dari yang terbit hari tersebut. Selain itu,
dengan adanya teknologi seperti ini memungkinkan kita untuk menyimpan dan
melindungi buku teks yang sudah tidak terbit di pasaran sehingga generasi
mendatang dapat mempelajari ilmu pengetahuan dari berbagai macam sumber dan
kurun waktu dalam waktu yang relatif singkat namun tetap kaya dengan sumber
informasi.
Dalam mencari berita, seorang jurnalis
mengumpulkan berbagai macam sumber berita melalui berbagai macam alat
komunikasi yang mungkin. Pada awalnya, jurnalis mendapat dan mengirim berita
dengan menggunakan pony express, kemudian ditemukan telegraf yang membuat
berita menjadi lebih cepat disajikan. Telegraf kemudian berkembang digunakan
dan akhirnya menghasilkan sistem pengumpulan berita dengan nama newswire dengan
prinsip kerja seperti berita online sekarang.Teknologi dalam pengumpulan berita
terus berkembang sampai ditemukannya telepon sehingga menurunkan ongkos
produksi pengiriman berita. Telepon adalah alat komunikasi yang sangat
fleksibel karena dapat digunakan hampir dimana saja selama terdapat akses.
Sampai dengan saat ini, pengumpulan berita menggunakan hampir semua media yang
memungkinkan seperti radio, televisi, kabel, e-mail, dan internet dengan
berbagai macam fasilitas yaitu chat room, newsgroup sampai blog pribadi.
Dengan munculnya berbagai macam media
dan teknologi yang mendukung pekerjaan seorang jurnalis, muncullah bentuk baru
dari jurnalisme yaitu backpack journalism. Backpack journalism dikenal juga
sebagai pelaporan multimedia (multimedia reporting). Seorang jurnalis dalam
membuat suatu liputan membawa mini DV, tape recorder dalam satu paket.
Konsekuensi dari tren ini adalah pembaca berita dapat mengetahui berita dengan
lebih mendalam dan bahkan dapat berinteraksi langsung dengan reporter dan menyebabkan
peran editor yang makin berkurang dalam menyunting suatu berita.
Dalam proses produksi berita media
cetak, terjadi perubahan besar ketika digunakannya typesetting pada tahun
1950an dalam mencetak kertas. Hasil dari typesetting yang berbentuk paper tape
ini kemudian dijadikan data master yang akan diperbanyak dengan mesin
typesetting dan hasilnya mendekati bentuk aslinya. Pada tahun 1960an akhir
paper tape disimpan dalam memori computer dan langsung dicetak setelah melalui
proses editing. Perkembangan akhir-akhir ini, paper tape tersebut semuanya
tersimpan dalam komputer untuk proses editting dan lay-out sehingga deari
editting tersebut tinggal dicetak langsung oleh mesin cetak laser (printer
laser) dan kesalahan dalam proses produksi dapat deperkecil seminimal mungkin.
Selain itu, proses percetakan suatu berita sekarang ini tidaklah lagi dilakukan
hanya di satu tempat. Contohnya antara lain adalah surat kabar new york times
dan usa today yang jangkauan distribusinya sangat luas sehingga percetakan dilakukan
di berbagai macam tempat terpisah namun isi berita tetap dipegang oleh satu
dewan redaksi.
Gagasan untuk menyediakan layanan
surat kabar online sebenarnya sudah ada sejak tahun 1930an namun dengan format
yang berbeda dengan format yang sekarang dimana surat kabar dikirim ke
pelanggan melalui mesin fax. Kemudian pada tahun 1980an muncul layanan
videotext dimana berita dikirim ke rumah melalui kabel telepon rumah. Kemudian
sampai sekarang banyaknya bermunculan surat kabar online lokal, regional, maupun
internasional.Surat kabar online merupakan pasar yang potensial bagi pengusaha
media untuk berbisnis karena tingkat penetrasi internet yang makin meningkat
dari tahun ke tahun. Kredibilitas dari surat kabar online tercermin dari jumlah
banyaknya pengunjung yang membuka surat kabar online mereka. Hal ini tentu saja
tidak terlepas dari kredibilitas mereka dalam surat kabar format cetakan.
2.
Bagaimana
Memasarkan Karya Tulis Ilmiah?
Agar naskah karya tulis kita dapat diterbitkan, maka kita
harus memasarkan kepenerbit. Dalam menawarkan naskah ke penerbit juga merupakan
keasyikan tersendiri. Sebab kalau penulis telaten menawarkan naskah dari satu
penerbit ke penerbit lain, berarti penulis akan mendapat kawan banyak dan
minimal namanya telah dikenal beberapa penerbit. Ini sebenarnya suatu modal
untuk menawarkan naskah lain. Cuma yang terjadi bahwa penulis (terutama pemula)
mudah putus asa bila naskahnya ditolak. Penulis yang telah berpengalaman
berpendapat bahwa penolakan naskah itu merupakan hal yang biasa. Naskah yang
ditolak itu belum tentu jelek. Hanya naskah itu belum pas saja dengan visi dan
misi penerbit. Kalau saja telaten menawarkan satu penerbit ke penerbit lain,
nanti lama-kelamaan akan ketemu juga dengan penerbit yang bersedia menerbitkan
naskah itu.
Pada prinsipnya, naskah untuk media massa mesti
memperhatikan visi media tersebut. Dengan memahami visi media tersebut, kita
bisa memahami arah redaktur yang menginginkan jenis naskah tertentu.
Masing-masing media memiliki visi yang berbeda karena setiap media massa
memiliki segmen pembaca yang berbeda.
Antara penulis dan penerbit atau pihak redaksi media massa,
memiliki hubungan timbal balik dan saling membutuhkan. Penerbit buku maupun
redaksi media berkala (surat kabar, majalah, jurnal) mampu melaksanakan
kegiatan penerbitan karena adanya sumbangan naskah dari penulis atau sumber
berita. Demikian pula, ide dan pemikiran penulis bisa sampai pada masyarakat
luas berkat jasa baik penerbit dan redaksi.
a. Bagaimana Teknis
Menembus Publikasi Ilmiah (Jurnal/Koran/Majalah)?
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mempublikasikan
tulisan. Yang terpenting, ide dengan wadah media harus relevan. Sebagai penulis
pemula, mestinya harus realistis, cobalah mulai mempublikasikan pada media
lokal. Disini bukan berarti kita pesimis untuk menembus media national, bahkan
international sekalipun. Media dikelompokkan menjadi dua, yaitu media cetak dan
media elektronik. Contoh media cetak, yaitu koran, majalah, dan tabloid.
Adapun contoh media elektronik, yaitu televisi, radio, dan internet.
Hal-hal
yang perlu diketahui dalam teknik menembus publikasi ilmiah, antara lain :
a.
Kelengkapan Naskah: Pada dasarnya
naskah yang dikirim ke penerbit atau redaksi itu hendaknya: 1.)
Diketik yang rapi dengan komputer,
huruf Times New Roman 12 pada kertas kuarto dobel spasi, 2). Dalam penawaran/pengiriman print
out, hendaknya disertai disket atau CD. Untuk buku sebaiknya disertai CD
agar mudah dalam prosesnya, 3) Masukkan amplop besar, beri alamat
penerbit buku, redaksi yang jelas dan nama pengirim yang lengkap (nama, gelar,
alamat rumah, alamat kantor, nomor telepon/HP, nomor faksimili dan lainnya
untuk memudahkan komunikasi selanjutnya, 4) Lengkapi dengan surat pengantar.
Apabila ada hendaknya ditulis biodata lengkap dan syukur telah punya buku yang
telah diterbitkan. Daftar buku itu dapat dicantumkan pada biodata. Lebih baik
lagi apabila buku-buku itu dibawa ketika menawarkan naskah bukuke
penerbit-penerbit. Sebab mereka memerlukan bukti buku yang telah diterbitkan.
Cara ini akan lebih meyakinkan penerbit terhadap eksistensi penulis, 5).
Lengkapi dengan fotocopy identitas
diri (KTP/SIM/Kartu Mahasiswa, kartu pegawai, dll), 6).
Apabila naskah itu berupa
resensi,maka sebaiknya disertai fotocopy sampul buku, judul buku, dan daftar
isi buku. Syukur halaman dan judul buku discan agar hasilna lebih bagus, 7).
Apabila naskah buku itu berupa
terjemahan, maka harus disertakan buku aslinya. Syukur telah ada ijin
terjemahan dari penulis asli atau pihak penerbit asli.
b.
Beberapa Alasan Penolakan Karya
Tulis Ilmiah.
Beberapa alasan mengapa suatu naskah
belum bisa diterbitkan memang ada beberapa kemungkinan, antara lain: 1) Mengandung
hal-hal yang terlarang. Agar tidak menimbulkan suatu permasalahan dalam
masyarakat, maka setiap redaksi buku dan penerbit pasti akan memilih naskah
yang pantas dan cocok untuk dipublikasikan, tujuannya agar tidak mengganggu
ketentraman masyarakat. Naskah yang tidak layak dipublikasikan adalah naskah
yang mengandung unsur-unsur pornografi, ajaran sesat, komunisme serta
tulisan-tulisan yang bertentangan dengan ideologi negara, agama dan lainnya, 2)
Sering muncul tema serupa. Setiap masyarakat pastilah menginginkan berita yang
terbaru, aneh, unik dan menarik. Maka dari itu, penulis dituntut untuk mampu mengembangkan
kreativitas, inovasi dan mengikuti perkembangan keadaan, 3) Kalimatnya
berbelit-belit dan terlalu panjang.
Kalimat yang panjang dan berbelit-belit akan menyulitkan pembaca untuk
memahami isi bacaan, sehingga menyebabkan pembaca untuk berpikir dua kali untuk
memahaminya. Naskah yang seperti ini biasanya tidak diambil oleh penerbit.
Dianjurkan untuk menggunakan kalimat-kalimat yang pendek namun kaya makna,
sehingga memudahkan pembaca untuk memahami pesan yang terkandung dalam naskah
tersebut, 4). Pemilihan
kata kurang tepat. Dalam dunia tulis-menulis dikenal adanya asas ketepatan,
yakni berhubungan dengan ide dan pemikiran yang diungkapkan. Pemilihan kata
yang tepat akan lebih menarik minat penerbit untuk memilih naskah tersebut
kemudian mempublikasikannya. Penulis harus berani untuk menawarkan naskahnya ke
penerbit-penerbit, harus siap dikritik dan tidak putus asa ketika mendapat
cemoohan. Kesabaran juga dibutuhkan, karena kita tidak tau naskah itu nantinya
akan diterima atau ditolak, perlu beberapa waktu untuk mengetahuinya, 5) Isi
naskah tidak utuh. Naskah yang baik adalah naskah yang berisi ide dan
pengetahuan yang utuh dan saling berkaitan mengenai suatumasalah yang dibahas.
Naskah ibarat tubuh manusia, terdiri dari bagian-bagian. Demikian pula dengan
tulisan, apabila bagian-bagian tersebut tidak utuh, maka akan menyebabkan
kebingungan bagi pembaca, malah akan membuat pembaca menjadi salah tafsir
terhadap naskah yang telah diuraikan. Naskah seperti ini yang sering ditolak
oleh penerbit, 6). Tulisan
tidak sistematis. Dalam mengekspresikan ide kedalam tulisan, harus mengikuti
sistem penulisan yang berlaku sesuai jnis tulisannya, terpola, dan runtut.
Sehingga tidak membingungkan editor dan enak dibaca oleh pembaca, 7). Tidak
memperhatikan perangkat kebahasaan. Terdapat beberapa kriteria mengapa suatu
naskah seperti koran, majalah maupun buku tidak diterima. Bukan berarti naskah
tersebut jelek, melainkan naskah tersebut kurang sesuai dengan keinginan
redaksi. Maka dari itu, penulis harus mempertimbangkan unsur-unsur keterbacaan,
kebahasaan, ketelitin fakta dan kesopanan.
b. Bagaimana
Harga Mahal Karya Tulis Ilmiah?
Produk perguruan tinggi yang baik
tidak hanya menghasilkan lulusan yang bergelar diploma, sarjana, magister, atau
doktor, melainkan harus mempunyai nilai plus berupa karya ilmiah. Seberapa
banyak produk karya tulis ilmiah hasil penelitian dan penulisan buku yang
dihasilkan oleh para dosen dan lulusannya? Ini penting untuk mengukur kualitas
lulusan dan akreditasi program studi serta almamaternya. Lulusan setingkat
akademi atau politeknik berbeda dengan lulusan industri/ sekolah tinggi/
universitas. Karya tulis yang dihasilkan oleh lulusan akademi dan politeknik
yang bergelar diploma berbeda dengan hasil karya tulis lulusan institut/
sekolah tinggi/ universitas yang bergelar sarjana, magister, atau doktor.
Peran penulis cukup strategis dalam
pengembangan ilmu pengetahuan,perubahan kultur mmasyarakat, dan sistem
pemerintahan. Tulisan-tulisan mereka mampu mempengaruhi pola ppikir, paham, dan
perilaku masyarakat dalam jangka waktu yang cukup lama. Maka dalam hal inibenar
juga pepatah yang mengatakan bahwa penulis itulebih tajam daripada pedang. Ada
juga yang menyatakan apabila saudara ingin merubah dunia maka tulislah
buku.
Sebagai
penulis pemula atau seseorang yang baru akan mencoba menekuni tulis-menulis
biasanya menemui kendala yang besar. Jarang sekali penulis pemula mampu
menembus media massa atau mempublikasikan tulisannya dengan mudah. Hal ini
sebenarnya juga dialami oleh penulis besar pada saat memulai aktivitas
tulis-menulis. Mereka juga melewati masa-masa sulit untuk menjadikan dirinya
seterkenal saat ini. Yang terpenting bagi kita adalah kesabaran dan keuletan
untuk menulis, mencoba dan terus mencoba.
Untuk
menyikapi semua ini, kita harus mampu menyikapi potensi kreatif diri,
mengungkapkan ide kreatif, dan mengembangkan potensi dengan menyerap informasi
pengalaman hidup yang kita temui.
c. Bagaimana
Contoh Surat Pengantar dan Contoh Publikasi Karya Ilmiah?
Contoh surat
pengantar untuk publikasi sebenarnya disesuaikan dengan ketentuan penerbit.
Namun secara sederhana dapat disajikan contoh berikut ini.
a.
Contoh Surat Pengantar
Berikut
ini contoh surat pengiriman naskah buku ke penerbit :
Perihal : Pengiriman Naskah Buku
Lampiran
: Curriculum Vitae dan Copy Naskah
Yang
terhormat,
Direktur
PT XXXXXXX
Cq.
Bidang Penerbitan
Di
Jakarta
Dengan
hormat,
Bertanda
tangan di bawah ini, saya:
Nama
: ……………………..
Pekerjaan
: ………..……………
Unit Kerja
: ……………………..
Alamat
: …………………….
Tlp/HP……………………………….
Melalui surat ini saya kirimkan
naskah buku untuk diterbitkan dengan judul “KUTITIPKAN BENIH UNTUK NEGERIKU”
(Internalisasi dan aktualisasi nilai anti korupsi). Naskah ini merupakan bahan
pengayaan bagi mata diklat Anti Korupsi yang dilatihkan kepada peserta diklat
Prajabatan ASN, dengan merujuk pada UUNomor 5 Tahun 2014 tentang ASN dan
Peraturan Kepala Lembaga SAdministrasi Negara No. 17 dan 18 tentang Diklat
Prajabatan ASN, serta Surat Edaran Kepala LAN 135/2015, tentang penyelenggaraan
Diklat bagi Lembaga Diklat ASN.
Penerbitan
buku ini akan digunakan sebagai suplemen/pelengkap materi / bahan mata diklat
Anti Korupsi pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai ASN. Buku itu juga akan dijadikan model untuk
aktualisasi nilai-nilai dasar ASN khususnya Anti Korupsi di Indonesia.
Penyerapan pasarnya adalah lembaga diklat Pemerintah serta seluruh ASN yang
mengabdikan dirinya untuk bangsa dan Negara.
Buku
ini bila diterbitkan akan menjadi buku acuan wajib pada mata diklat Anti
Korupsi yang selama ini saya sendiri sebagai tenaga pengajarnya dan pemegang
mata diklat tersebut. Dengan terbitnya buku itu diharapkan peserta diklat
mempunyai pegangan bahan referensi mata diklat standar. Apabila pihak penerbit
menyetujui atas penerbitannya, saya akan mengirimkan copy software naskah
bukunya.
Demikian
saya sampaikan, atas kerja sama yang baik dan perhatiannya diucapkan terima
kasih.
………,
……………………
Pengirim
TTD
……………………………..
b.
Contoh Publikasi Karya Ilmiah
Berikut ini salah satu contoh
publikasi karya tulis ilmiah, yang terdapat dalam koran:
Pers dan Kemuliaan Indonesia
MARCO
Kartodikromo mengabarkan bahan kerja kaum jurnalis untuk mengobarkan
nasionalisme dan menguatkan kemuliaan Indonesia sering dihajar oleh penguasa.
Wartawan mesti bersiap dihukum atau dipenjara. Marko dalam puisi berjudul ”Awas
Kaoem Djoernalist!” dan dimuat di Islam Bergerak edisi 10 Juni 1919 berseru,
djoernalist haroes bisa berdiri,/ sendiri djoega jang keras hati./ dan tidak
boleh main koedi/ Goena mentjari enak sendiri // Koran ito tooneel oempamanja,/
Toean membatja jang menontonja,/ djoernalist djadi pemainja,/ Hoofdreddacteur
djadi kepanlanja.
Wartawan
dan Koran bergerak demi kepentingan Indonesia. Sejak mula,wartawan bertugas
menggerakkan berita untuk “kemadjoean” dan berdemokrasi. Tahun demi tahun
berlalu. Artikel pendek ”Indonesia Moelia” karangan penulis berinisial DAS ,
disajikan di Koran Api edisi 9 November 1925 bisa menjadi acuan mengenang
Indonesia masa lalu.
Teks
itu”Indonesia jang dihiasi dengan pelaboehan, kota-kota, goedang-goedang,
kantor-kantor, gedong-gedong, vila-vila, roemah-roemah, stasioen-stasioen
nampaklah jang betoel-betoel Indonesia adalah negeri jang kaja dan moelia”.
Kita
mungkin kagum mengenang Indonesia negeri tanpa derita dan penjajahan. Artikel
itu muncul di surat kabar untuk “kaoem kromo” alias “raijat jelata” di
Indonesia. Pemberitaan tentang Indonesia mulai justru ingin mengingatkan
bahwa Indonesia sedang menanggung kolonialisme dan ingin bergerak menuju
“kemadjoean”. Penulis artikel sadar tentang kemauan bumiputra harus memuliakan
Indonesia bebas daridominasi kolonial dan mengukuhkan adab kemoderenan.
Indonesia
masih dijajah tapi berita dan artikel perlu disajikan agarorang-orang tergerak
untuk memiliki Indoneia. Surat kabarpun berperan member suguhan ide dan
imajinasi agar berbiak etos pemuliaan Indonesia. Kerja wartawan dan penulis
artikel menabur berita atau cerita mengenai nasionalisme, demokrasi, humanism,
danadab literasi.
Memori
itu pantas kembai disajikan saat kita bergerak dengan cuilan-cuilan peran pers
dalam pemuliaan Indonesia,setelah sanggup membebaskan diri dari kolonialisme.
Kita bisa mengingat penjelasan Adinegoro dalam Falsafah Ratu Dunia (1949)
mengenai pengaruh pers dalam arus kesejarahan dan perkembangan Indonesia.
Adinegoro berkata bahwa “Ratu Dunia” itu opini umum, dimunculkan dan digerakkan
oleh pers. Keberadaan pers bermisi untuk “demokrasi, kebudayaan, hak asasi
manusia, dan kedaulatan”.
Pada
1950-an, Koran dan majalah terbit mengabarkan tema-tema besar: revolusi,
demokrasi, korupsi, dan nasionalisme. Kemunculan puluhan partai dengan pengaruh
para pejabat membuat pers sering ‘’ berjoeget” untuk bersuara mengaju fakta
atau menebar opini umum demi pamrih picisan. Indonesia telah menjadi negeri
bergelimang berita. Agenda pemderenan melenggang dengan kontribusi pers .
Pers
menjadi mata untuk melihat pekerjaan presiden, menteri, tentara, polisi,
pengusaha, seniman, guru, pettani, dan buruh. Sejak 1950-an, pemberitaan
korupsi perlahan menguak ketidakberesan kerja birokasi dan penegak hokum.
Wartawan berkemungkinan memberitakan melalui siasat investigasi. Penulis tajuk
rencana dan jajaran redaksi mesti sanggup member argumentasi-argumentasi jika
berhadapan dengan tindakan refresif dari pemerintah dan pihak-pihak
berkepentingan. Peran pers untuk menanggulangi korupsi tentu berkonsekuensi
sanksi atau pemberedelan.
Pada
masa 1970-an, kemulyaan Indonesia masih dinodai korupsi dan demokrasi ilusif.
Razim orde baru tak becus membuktikan janji-janji mengurusi Indonesia secara
beradab dan demokratis. Pers tak mau diam. Wartawan tetap tekun memberitakan
berbagai kasus korupsi. Koran dan majalah mesti memperhitungkan resiko
pemberitaan dan polemik atas editorial. Tema besar
Rosihon
Anwar (1983) mengenang bahwa gerakan dan demontrasi melawan korupsi oleh
mahasiswa dan pelajar meningkat pada masa 1970-an. Pemberitaan diberbagai koran
justru ditanggapi kemarhan oleh Soeharto dan para pejabat. Kita simak tajuk
rencana Indonesua Raya edisi 3 Januari 1970, ditulis oleh Mohctar
Lubis:”…tantangan korupsi jangmerajalela dan perbaikan administrasi Negara
adalah dua tantangan jang harus diatasi setjepat mungkin.”
Korupsi
tema besar, memusimkan jutaan orang. Para pejabat bertambah harta, menikmati
kehidupan elit jutaan orang memamah lakon buruk tentang pembrangkutan Indonesia
oleh pejabat-pejabat mata duitan. Kemulyaan Indonesia Cuma ungkapan Indah dari
saat mata terpejam dan tubuh berbaring di atas tikar.
Memori-memori
itu bersambung dengan situasi Indonesia mutahir. Kerja melwan korupsi oleh KPK
mendapat serangan tak beradab. Pers turut bersuara lantang melawan korupsi.
Seruan kritis ditanggapi oleh arogensi sekian pejabat Negara, polisi, anggota
DPR, dan elit partai politik. Sekrang, kita mengerti bahwa seruan Marco
Kartodikromo sampai Mohctar Lubis memang pantas dianut: pers bekerja melawan
arogensi kekuasaan dan korupsi demi kemulyaan inonesia.
DAFTAR RUJUKAN
Ambrose, H. W.,
III. and K. P. Ambrose. 1995. A Handbook
of Biological Investigation. 5th ed. Winston-Salem, NC: Hunter Textbooks, Inc.
Cahya S, Inung. 2012. Menulis Berita di Media Massa.
Yogyakarta: Citra Aji Pratama.
Day, R. A. 1983. How to Write and Publish a Scientific Paper.
2nd Edition. Philadelphia, Pennsylvania, USA: ISI Press, McMillan.
Depdikbud.
2007. Instrumen Evaluasi untuk Akreditasi
Berkala Ilmiah. Jakarta: DP2M Dikti, Depdikbud.
HS , Lasa. 2009. Menulis Itu Segampang Ngomong.
Yogyakarta: Pinus.
Ibnu, S.
2002. Format dan Isi Artikel Jurnal
Ilmiah. Makalah disajikan pada Semlok-Nasional Pengelolaan dan Penyuntingan
Jurnal Ilmiah, di Hotel Asida, Batu,
Tanggal, 23—26 April.
Manshur, Faiz. 2012. Genius Menulis, Penerang Batin Para
Penulis. Bandung: Nuansa.
Mukhadis, A. 2001. Beberapa
Kelemahan dalam Penulisan Artikel Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan pada
Seminar-Lokakarya Penulisan Artikel Ilmiah Angkatan III bagi Dosen di
Universitas Negeri Malang, 25 Agustus.
Neter, E., P. L. Altman, M. W. Burgan, N. H. Holmgren, G.
Pollock, E. M. Zipf. 1983. CBE Style
Manual: A Guide for Authors, Editors, and Publishers in the Biological
Sciences. 5th Edition. Bethesda, Maryland, USA: Council of Biology Editors, Inc.Rosyadi,
A.Rahmat. 2008. Menjadi Penulis Profesional itu Mudah. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Rifai, M.A. 1995. Pegangan
Gaya Penulisan, Penyuntingan dan Penerbitan Karya Ilmiah di Indonesia.
Yogyakarta: Gajahmada University Press.
Saukah, A. dan Waseso, M.G. 2006. Menulis
Artikel Untuk Jurnal Ilmiah. Malang: UM
Press.
Sukino. 2010. Menulis itu Mudah. Yogyakarta: Pustaka
Populer.
Syahniar. 2008. Tindak Pembelajaran yang Berkontribusi
terhadap Peningkatan Kemampuan Interpersonal Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan Jilid 15, Nomor
2, Juni 2008, hlm.128 -134).
Universitas Negeri Malang. 2006. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM Press.
Victoria E. 1988. Writing Papers in
the Biological Sciences. New York,
USA: St. Martin’s Press, Inc.
Woodford, F. P., (Ed). 1986. ScientiÞc Writing for Graduate Students: A Manual on the Teaching of
ScientiÞc Writing. Committee on Graduate Training in ScientiÞc Writing. Bethesda, Maryland, USA: Council of Biology Editors, Inc.
Sangat bermanfaat saya perlu sekali seandainya bisa di email ke saya bahan-bahan terkait dengan KTI Pamoong
BalasHapus